Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

saturday, january 16 2010

aku benci takdir seorang perempuan


aku benci ketika emansipasi digunakan untuk alasan yang jauh dari harapan R.A Kartini.
aku benci ketika perempuan terus dipandang lemah.
aku benci ayah yang mengekang putrinya tanpa alasan yang jelas, tak logis.
aku benci ayah yang berdusta pada istrinya untuk mengadu domba istrinya dengan putrinya.
aku benci remaja yang berlidah tajam,berlagak perfeksionis, membicarakan orang dengan suara cempreng yang memilukan dan tertawa terkikik-kikik.
aku benci mimpi ibu yang mnyerempet diriku hingga terlibat dalam hal-hal absurd.
aku benci lidah ibu yang begitu sadis menyobek perasaanku, kebebasanku.
aku benci kata 'pingit', aku benci kata kekang.
aku benci mata lawan jenis yang terpaku pada betis perempuan bershort-pants.
aku benci tebakan hatiku tentang gebetan.
aku benci peraturan sekolah tentang kepemimpinan seorang perempuan.
aku benci kata 'emansipasi' karena itu hanya bualan untukku.
aku benci pikiran remeh orangtua yang tak mempercayai putrinya.
aku benci menahan diri untuk berkata kasar sedangkan laki-laki selalu menyebutkan kata-kata itu dalam tiap dialognya.
aku benci tata bahasa yang tak fleksibel.
aku benci picingan mata tiap aku melanggar peraturan.
aku benci opini orang ketika aku masuk dalam dunia otomotif barang sesaat.
aku benci menjaga posisi kaki saat duduk.
aku benci hanya bisa 'menanti', bukan 'mengejar'.
aku benci keadaan dimana teman-temanku menginap dan berwibawa sedangkan aku dirumah menulis essay.
aku benci orang yang sangat tulus mencercaku;
mencecar, memaki.


aku benci takdir seorang perempuan,
aku menyesali alur hidupku yang telah berlalu,
dan kuakui aku menangis saat ini


sebagai seorang perempuan lemah yang diterjang lelucon hidup.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Posting Komentar