maaf, bukan terkadang.
setiap hari
hidup terasa menyiksa dan tak berarti
tak beresensi
tak bermanfaat
ada kalanya orang begitu egois dengan kepentingannya sendiri dan bersikap apatis
wajar
bukankah manusia memang individualis?
siapa bilang manusia berjiwa sosial?
bukankah itu bohong belaka?
percuma,
percuma walau teriak
meronta
menjerit
menangis
memohon
mengemis
merajuk
tak akan ada yang akan menolongmu kan?
jangan pernah berharap sesuatu yang tak mungkin
kata siap di dunia ini tak ada yang tak mungkin?
itu bohong! bohong!
jangan berdusta karena semua pasti akan terungkap
jangan pikir akan ada orang yang peduli padamu
mereka semua terlalu sibuk dengan urusannya sendiri
tak ada yang peduli padamu
ingat, kamu sendirian di dunia ini
jangan ingatkan aku tentang wajah wajah bahagiaku dahulu
itu semu
aku tahu itu semua hanya semu
jangan sadarkan aku dari realita
jangan munculkan mimpi dihadapanku
jangan membentuk khayalan abstrakmu dan memasukkannya ke otakku
aku tahu tak ada yang peduli padaku
kata orang, sepi adalah bunyi yang paling menyiksa
bukankah mati adalah sepi?
aku tak takut sepi
aku tak takut pada sepi
aku tak peduli entah sepi ataupun keramaian sekalipun yang akan membunuh jiwaku
aku hancur
mungkin kau tak melihatnya tapi aku hancur
bukan sekarang, tapi dari dulu
sejak kau tak menyadarinya hingga kau mengetahuinya
sayangnya wajahku tak menunjukkan tanda-tanda orang yang sakit jiwa
padahal aku ingin sekali diajak untuk tes kejiwaan
kamu kaget mendengar pengakuanku?
sama aku juga kaget kenapa aku bisa bicara seperti ini
tapi memang sudah kubilang kan,
aku hancur
dan kalian semua yang membuat jiwaku mati
dan kurasa kalian puas akan hal itu
bangga kan kalian?
oh tentu saja
kalian iblisnya
kalian iblisnya, percayakah kalian
kalian faktornya dan itu semua sudah cukup membunuhku
aku hancur dan aku sudah mati